priiiiiiiiiiiit...

"Ananda Putri Melania, lulus dengan pujian dengan index prestasi....", kalimat itu masih terngiang dengan indah di telinga Lani, seorang sarjana komunikasi dari universitas ternama di bangsa ini. Beberapa bulan lalu kalimat itu terlihat seperti sebuah golden ticket untuk bisa mencari pekerjaan yang ia inginkan, news anchor, tapi ternyata tidak begitu adanya sekarang. Sambil memainkan peluit kuning ditangan, ia merenung dan tersenyum. 'Kalimat indah itu kini terasa lucu', batinnya. 'Empat tahun aku gila-gilaan kuliah, ternyata cuma bisa meniup peluit', renungnya sambil tersenyum, dan merasa bego. Menjadi freelancer pendamping outbound dengan kesibukan yang tak berkesudahan adalah pekerjaan Lani. 'Lulus sarjana dengan nilai baik saja baru bisa niup peluit. Kalau mau jadi pemimpin redaksi harus sekolah sampai apa?'. Kemudian Lani menghentikan renungannya, menyimpan peluit kuning senjata dinasnya di saku, dan berkemas untuk pulang.
"Udah mau cabut Lan? Tumben? Mau kemana?", Dina, si anak FO heran melihat Lani yang betah nongkrong di tempat kerjaan tumben-tumben pulang awal.
"Iya Mpok, mau cari tambahan uang saku, biar bisa sekolah trus naek pangkat. Nggak jadi peniup peluit lagi, tapi paling nggak bisa jadi kayak mbak Dina, hahaha...."
"Hahahaha..."
Dina, staff Front Office yang juga merupakan seorang lulusan S2 Kajian Amerika, ikut tergelak, menertawakan dirinya sendiri yang kuliah enam tahun hanya terjabak menjadi penerima tamu...


*jangan berhenti bangga mendapat gelar sarjana di tangan, jangan pernah puas hanya karena bisa bahasa Inggris dengan baik, karena sarjana yang pintar bahasa inggris sudah bejibun di bangsa ini. yang langka adalah sarjana yang pintar bahasa Inggris dan tak pernah lelah berusaha untuk mewujudkan mimpinya^^

Never surrender is my secret weapon to win the war.

Komentar

Postingan Populer