Hiruk-pikuk Dunia Semen & Aspal


Hiruk-pikuk ibukota membuatku kikuk.
Hingga keringat dingin dan rasa kawatir mulai menyerang tenkuk.
   Kadang lelah yang sangat karena hiruk-pikuk membuatku terduduk                     dalam perasaan yang teraduk-aduk.
Dan rasa itu berhasil membuatku bingung, kemudian menjadi linglung.
Ketika menapaki jalanan kota yang halus dan selalu sibuk, namun sebenarnya berpalung dan kesepian, semakin jelaslah sosok kelinglungan dan kebingungan yang memeluk.
Bingung kemana aku bisa bermain bola dan main suda manda*,                               linglung memikirkan bagaimana para bayi bisa merasakan bangku taman,                      dan                                                                        linglung bertanya dimana bisa melihat tempat hijau yang tak bersemen dan tak beraspal.
Ooh... dunia semen dan aspal yang dibilang megah dan mewah                                     telah dibangun berhektar-hektar di dunia nyata,                                                                                                      semakin membuat jengah dan tak betah,                                      membuat selalu ingin marah karena gerah.
“Aku rindu bermain bola dan suda manda di tanah”, seru anak-anak tetangga.
“Aku ingin duduk di bangku taman”, rengek para bayi cerdas.
“Aku ingin menghirup udara bersih seperti waktu mudaku dulu”, pinta para tetua.
“Aku mau melihat lebih banyak hijaunya dunia tanpa semen dan aspal”, angan anak-anak sekolah yang kritis
Seruan, rengek, pinta, dan angan para manusia menambah hiruk pikuk dunia semen dan aspal yang semakin gerah dan membuat jengah.

theQuill150112@2.02pm

Komentar

Postingan Populer