Flores: Prolog Petualangan ke Timur

Bisa menghabiskan sepekan di tanah Flores bagaikan mimpi. Enam tahun yang lalu aku dan salah satu sahabatku hanya berucap ringan dan merapalkannya dalam angan untuk mengunjungi Flores setelah lulus kuliah. Dan tibalah di suatu hari di awal-awal bulan tahun 2016. Hanya dengan perencanaan 2 bulan kami berangkat ke Pulau Bunga - Flores (dalam bahasa Portugis Flores berarti bunga). Dengan satu semboyan, "let the wind blow and the river flow", petualangan kami akan mengikuti kemana arah angin dan aliran air membawa; tidak ngoyo - tidak ambisi - untuk menjelajahi semua sudut pulau dalam waktu yang terbatas. 

Maumere - Larantuka - Ende adalah tiga kota yang kami rencanakan untuk kunjungi dalam perjalanan kami selama seminggu.

Bekal semangat untuk menyambangi Indonesia Timur, membuat kami terjaga selama perjalanan dari Denpasar ke Maumere. Kantuk yang tadinya menggelayut karena pagi-pagi buta kami harus berangkat, tiba-tiba sirna oleh buncah rasa.
Pulau Lombok dari Udara
Foto: Pulau Lombok dari Pesawat 

Ber-wow-ria di Maumere

Adalah sebuah kewajiban bagi pelaku perjalanan seperti kami untuk menemukan apa saja yang bisa kami lakukan dan kunjungi di kota tujuan. Maka dari itu, beberapa bulan sebelum perjalanan, kami berselancar mencari ulasan di internet tentang rekomendasi tempat untuk dikunjungi di Maumere. Sayangnya tak banyak yang kami dapatkan, hanya Danau Kelimutu yang banyak dibicarakan.

Senja pertama kami lewatkan di Maumere tidak akan kami buang sia-sia. Dari kota Maumere kami bergerak ke barat menyusuri pesisir pantai utara pulau Flores selama 30 menit diantar oleh keluarga teman kami yang merupakan penduduk asli. Jalan aspal nan sepi namun berkelok-kelok, dipagari pohon-pohon rindang mengantar kami ke satu bukit cantik bernama Kajuwulu.

Senja di Maumere
Foto: Pesisir Pantai Menuju Kajuwulu

Foto: Bukit Kajuwulu Maumere

Foto: Pemandangan dari Bukit Kajuwulu
Keindahan dalam keheningan yang kami tangkap sore itu membungkam kami dalam keterpesonaan. Kesibukan ibukota yang sehari-hari kami jalani telah menumpukkan jenuh pada rutinitas harian. Dan ternyata penghiburan kami dapat di ujung kecil pulau ini. Dari bawah kami lihat bukit kecil nan hijau menjulang. Meski bukit itu tak setinggi gunung-gunung di negeri ini, dan ibarat perjalanan tak sepanjang yang ditempuh tim Ring of Fire Adventure, kepayahan tetaplah kami rasakan.

Saat perjalanan menuju puncak, terlintas kata-kata Edward Abbey yang juga pernah dikutip di program Ring of Fire Adventure KOMPAS TV, "Perjalanan yang sulit, berliku, sepi, berbahaya, mengantarkan kita pada keindahan alam yang luar biasa". Dan memang itu yang terjadi. Kelelahan kami terbayar lunas saat sampai di puncak. Panorama yang membentang membuat kami menganga. Obat rindu kami pada apa yang disebut alam. Gunung dan laut dalam pantone warna yang tak senada tapi saling mempercantik. Indah...
Foto: Istirahat sejenak dalam perjalanan ke puncak

Foto: Matahari Terbenam di Bukit Kajuwulu Maumere
Dari pesisir utara nan elok hari selanjutnya bergerak ke selatan, mendekati perbatasan dengan Ende. Pantai yang disebut sebagai Pantai Koka ini tersembunyi di balik jalanan perkampungan yang masih berbatu. Siapa akan mengira, jalan kecil melewati tengah-tengah kebun coklat berujung pada pantai indah dan bersih ini. 

Ada satu batu besar di tempat ini yang bentuknya menyerupai kepala burung Koka (salah satu burung asli Flores). Batu tersebut menjadi ciri khas, maka tempat ini disebut Pantai Koka. Tempat ini juga dikenal sebagai Twin Beach, karena ada satu tebing yang memisahkan area ini menjadi dua bagian yang hampir sama. Satu pemandangan menakjubkan lagi ketika dilihat dari atas tebing, kedua perairan ini membentuk hati ❤.

Koka yang elok ini menjadi tempat wisata favorit warga Maumere di akhir pekan. Aku hanya berucap dalam hati agar siapapun yang berkunjung ke tempat ini mempunyai hati untuk menjaganya tetap bersih dan indah.
Foto: Pantai Koka Maumere
Hari bergerak sore. Kami memutuskan untuk pulang ke kota sebelum gelap. Dalam perjalanan pulang, kami melewati satu tempat bernama Keli Loo. Tempat ini berupa bukit dengan patung Yesus di puncaknya menghadap ke laut. Menurut pandangan orang lokal, patung ini sebagai simbol bahwa pulau ini diberkati dan dijaga oleh Pencipta. Patung ini juga salah satu ciri (landmark) kota Maumere.
Foto: Patung Yesus di Keli Loó

Foto: Pemandangan dari Bukit Keli Loó

Larantukan dan Sejarah Religinya

Kami tiba di Flores mendekati hari Raya Paskah umat Kristiani. Ada satu prosesi religius yang begitu terkenal di Flores Timur, Samana Santa. Kami tidak mau melewatkan acara yang hanya diselenggarakan sekali setahun ini. Maka dari itu dari Maumere kami bergerak ke ujung paling timur, Larantuka. Perjalanan Maumere-Larantuka sendiri kami tempuh kurang-lebih 4 jam dengan mini bus.

Satu hal yang mengharukan sekaligus menggelikan ketika kami sampai di Larantuka adalah sambutan anak-anak kecil kepada kami. Seorang anak laki-laki dengan mata berbinar-binar berseru kepada teman-temannya, "Hey-hey-hey ada orang Jawa e... datang mo liat Samana Santa...". Beberapa anak lain ikut merubung kami yang baru turun dari mini bus. Karena kami tinggal di rumah penduduk jadi interaksi dengan mereka bisa kami alami langsung.
Foto: Pemandangan di tepi jalan menuju Larantuka
Samana Santa merupakan rangkaian kegiatan peribadatan dalam Pekan Suci menyambut hari Raya Paskah umat Katolik. Acara ini telah berlangsung sejak berabad-abad yang lalu. Keunikan dan kuatnya makna religius yang dibawa menjadi hal yang menarik bagi orang-orang dari luar Flores dan bahkan wisatawan manca negara.

Prosesi ini sebagai lambang perkabungan atas wafatnya Yesus dan menjadi momen untuk berefleksi, berpantang & puasa sebagai wujud pertobatan umat.
Foto: Pieta di depan Capella Tuan Ma Larantuka

Foto: Prosesi Mengantar Tuan ke Armida - Samana Santa

Foto: Prosesi Membawa Tuan Kembali ke Capella
Larantuka... alam yang indah, orang-orang yang tulus, anak-anak yang masih polos dan adat-budaya religi yang kuat kami lihat, kenal dan alami. Di sinilah segala refleksi tentang kehidupan begejolak mencari makna baru.

Ende: Epilog yang Indah

Flores identik dengan Danau Kelimutu. Dan itu memang tepat. Walaupun ada banyak sudut lain yang indah, Kelimutu tetap menjadi top of mind.

Matahari terbit di Kelimutu konon katanya menakjubkan. Kami memang bukan tipe orang yang mudah percaya dengan roman yang orang tulis tentang suatu tempat. Alhasil jam 4 pagi kami berangkat dari Maumere ke Ende untuk bisa menyaksikan matahari terbit di danau tiga warna ini.

Acara bangun pagi dan perjalanan jauh dengan medan tempuh yang tak mudah terbayar lunas dengan kehangatan matahari pagi di balik danau. Cantiknya pemandangan yang Anda lihat dari gambar atau video yang sering Anda temukan di internet bukan tanpa perjuangan. Ketika hari pertama kuceritakan tentang kepayahan di bukit Kajuwulu, ternyata itu belum seberapa. Untuk bisa menyaksikan ketiga danau ini di pagi hari, pendakian ke atas yang ketinggiannya kurang lebih 1700 DPL harus ditempuh sebelum pukul 10 pagi.

Foto: Danau Kelimutu Ende

Foto: Legenda Danau Kelimutu

Foto: Mimpi yang membawa kami ke sini

Foto: Seorang mama pedagang makanan & cendera mata di Kelimutu
Foto: Taman Nasional Kelimutu

Dan Flores adalah prolog perjalanan kami menjelajahi Indonesia Timur. Semoga episode perjalanan kami di Nusantara terus bergerak layaknya Tim Penjelajah Ring of Fire Adventur KOMPAS TV.

#WonderfulIndonesia #FloresWonderfulLand #PesonaIndonesia #Flores #NTT #Maumere #Ende #Larantuka #Kelimutu #PantaiKoka #SamanaSanta ‪#‎GBCRoFA‬ ‪#‎RoFA‬

Komentar

Postingan Populer