Tuan Mentari dan Manusia Kecil

Metari pagi dengan senyumnya,
mengembangkan sayap ketulusan pada manusia yang berharap cemas.

Jawaban terulas tak jelas tapi pasti
menambah gundah hati manusia kecil yang selalu kawatir
"Wahai manusia kecil, taklukanlah menit-menit dimana kau bernafas
tanpa perlu kau kawatirkan seminggu ke depan", nasehat sang mentari pagi
"Bagaimana aku bisa menghilangkan kekawatiranku akan hari depan, Tuan Mentari? Aku tidak bisa melihat dengan jelas jalan mana yang akan kutempuh untuk sampai di bintang, Tuan. Layaklah kalau aku kawatir."
 Si manusia kecil yang agak keras kepala mengungkapkan apa yang selalu melingkupi dirinya.
"Setiap menit yang kau taklukkan dengan baik akan secara otomatis menuntunmu pada jalan yang benar menuju bintang. Tidak ada yang bisa memahami sebuah kebetulan yang digariskan pada setiap lembar cerita mahkluk di atas bumi kecuali sang Penulis Agung itu sendiri.
"Kau terlalu sibuk dengan kekawatiranmu, Kecil, maka semuanya menjadi semu dan kadang tidak berjalan dengan baik."
Tuan Mentari tidak melanjutkan nasehat dan teorinya. Ia meninggalkan si manusia kecil dengan kebimbangan dan kebingungannya. Tuan Mentari membiarkan si Kecil duduk merenung dengan sang Waktu yang selalu menemaninya.
"Kalau kau masih sibuk merenung sampai tua, kapan kau akan sampai bintang?", seru sang Tuan sambil berlalu dan awan malam menggantikannya.

Komentar

Postingan Populer