Lawatan dari Surga

Halimun fajar menyeruak dengan indahnya
Hijau pepohonan pelan-pelan mengintip di garis mata yang baru bangun
Indahnya alam membuat hati ini membuncah

Pria tua yang telah lama pergi dari hidup
Menghampiri dengan senyum hangat
Mengajakku melihat alam di luar rumah
Memperlakukanku seperti waktu dulu aku berumur 6 tahun

Pria tua yang kupanggil Pakdhe,
tak pernah hilang dari ingatan walau ia telah lama pergi
Tak pernah sekalipun sekalipun luput dari jiwaku
kehangatan dan cintanya pada anak-anak yang bukan anaknya

Dan malam itu, Pakdhe kembali ke rumah yang sangat kukenal,
ke tempat aku dulu dan teman-temanku menghabiskan waktu sepulang sekolah.
Ia membawaku ke dimensi lain dalam tidurku
Ke pagi yang indah namun sedikit berkabut

Seperti menaiki mesin waktu yang mundur ke masa kecil
Dengan riang aku ikuti langkah Pakdhe yang cepat
Tepat di belakang rumah sebuah pagar kawat membentang tinggi dan panjang tak terjangkau dengan tangan
Pakdhe dengan lincah memanjat, dan lolos ke halaman seberang
Kemudian ia menungguku melakukan hal yang sama.
Tak ada kekawatiran, tak ada rasa takut, ataupun ragu
Segala kegelisahan dan kepesimisan sirna karena tahu Pakdhe ada di seberang menungguku dengan senyum hangat kebapakan.

Dan aku pun memanjat pagar kawat itu dengan yakin
Menapaki setiap celah kawat yang terjalin dengan mantab
yang berujung pada sebuah kebehasilan melewati batas.

Tak ada kegembiraan yang berlebihan
Juga tak ada penyesalan telah keluar dari rumah
Hanya sebuah perasaan sederhana yang memenuhi dada: kelegaan dan kebersyukuran

Asa melekat lima sentimeter dari kepalaku
Asa untuk bisa melompati pagar penghalang
Dan kiranya alam menunggu usahaku yang lebih
Juga Pencipta menanti kerja cerdasku.
Tak menyangkal senyum Pakdhe mengingatkanku untuk kembali berusaha

Komentar

Postingan Populer